Postingan

Menampilkan postingan dengan label Spiritualitas Sufi

Menyelami Makna Khusyuk

Gambar
Kata Arab kbusyu' berasal dan kata khasya'a yang artinya takut'. Misalnya, disebutkan dalam Alquran, " Wa-jah-wajah pada hari itu ketakutan (khasyi'ah) " (Q.S. al-Ghasyiyah (88: 2). Kata khasyi'ah berarti hati yang di-penuhi rasa takut; takut kepada Allah Swt. dan takut bila masa hidupnya tak kan sempat untuk mengumpulkan bekal buat hari akhir nanti. Khusyuk tidak sama dengan konsentrasi, karena konsentrasi lebih pada pikiran. Khusyuk juga bermakna rendah, merunduk, atau tunduk. Orang yang khusyuk dalam shalatnya berari orang yang menyadari sepenuhnya hakikat dan tujuan salatnya. Dan Alquran menyebutkan kata khusyuk tidak hanya berkaitan dengan shalat, tapi juga dengan berbagai aktifitas kehidupan di dunia, misalnya Allah berfirman � Suara-suara itu khusyu dihadapan yang Maha Rahman (Q.S: Thaha [20]: 128). Disini, Tuhan menyatakan bahwa suara-suara itu tunduk dan diam. Diayat lain Allah berfirman �Seandainya kami turunkan Al Quran diatas gunung, maka

Wajah-Wajah Yang Bercahaya

Gambar
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang bakal masuk Surga atau masuk Neraka? Salah satunya digambarkan Allah lewat idiom cahaya. Orang-orang yang beriman dan banyak amal salehnya, kata Allah, akan memancarkan cahaya di wajahnya. Sebaliknya, orang-orang yang kafir dan banyak dosanya akan 'memancarkan' kegelapan. Hal itu dikemukakan olehNya di ayat-ayat berikut ini QS Al Hadiid (57) : 12 "Pada hari dimana kalian melihat orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya." QS. Yunus (10) : 27 �� seakan-akan wajah mereka ditutupi oleh kepingan-kepingan malam yang gelap gulita, mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya.� Kenapakah orang-orang yang beriman dan banyak pahalanya memancarkan cahaya, sedangkan yang banyak dosa 'memancarkan' kegelapan alias kehilangan cahaya? Ini memang rahasia yang sangat menarik. Allah sangat sering menggunakan istilah cahaya di dalam Al Qur�an. Dia mengatakan bahwa All

Sufi Road : Pengenalan Diri

Gambar
Mengenal diri adalah kunci untuk mengenal Tuhan, sesuai ungkapan hadis : � Siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya ,� dan sebagaimana dikatakan Al Quran : � Akan Kami tunjukkan ayat-ayat Kami di dunia ini dan dalam diri mereka agar kebenaran tampak bagi mereka.� [QS 41 : 53] Ketahuilah, tak ada yang lebih dekat kepadamu kecuali dirimu sendiri. Jika kau tidak mengetahui dirimu sendiri, bagaimana bisa mengetahui yang lain. Pengetahuanmu tentang diri sendiri dari sisi lahiriah, seperti bentuk muka, badan, anggota tubuh, dan lainnya sama sekali tak akan mengantarmu untuk mengenal Tuhan. Sama halnya, pengetahuanmu mengenai karakter fisikal dirimu, seperti bahwa kalau lapar kau makan, kalau sedih kau menangis, dan kalau marah kau menyerang, bukanlah kunci menuju pengetahuan tentang Tuhan. Bagaimana bisa kau mencapai kemajuan dalam perjalanan ini jika kau mengandalkan insting hewani serupa itu ? Sesungguhnya pengetahuan yang benar tentang diri meliputi beberapa hal berikut : Siap

Sufi Road : Manifestasi Sifat-sifat Al Haq

Gambar
Kitab Insan Kamil fi Ma�rifah al Awahir wa al Awa�il, Syeikh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili Jikalau inti [dzat] Al Haq termanifestasikan kepada salah satu dari hambaNya dengan sifat dari sifat-sifatNya, sebutan dan ingatan hamba tersebut selalu beredar di-falak sifatNya dengan cara Kulli [universal] dan bukan dengan cara juz�i [partular]. Kedua sifat [kulli dan juz�i] itu tidak akan mungkin dipisahkan dari diri para hamba, melainkan dengan cara global. Jika seorang hamba memujikan salah satu namaNya dan menyempurnakannya dengan harapan global, maka ia akan dapat menduduki singgasana Arsy sifat tersebut, dan ia akan disifati dengan sifatNya. Ketika hamba itu menerima sifatNya yang lain, demikian seterusnya hingga ia dapat mewadahi nama-nama Al Haq dalam dirinya, sehingga sifat-sifatNya benar-benar sempurna dalam diri hamba tersebut. Kemudian ketahuilah manakala Al Haq hendak memanifestasikan DiriNya dengan nama-nama atau sifat-sifatNya kepada salah satu hambaNya, Dia akan mensirnakan

Sufi Road : Muhasabah

Gambar
Melakukan evaluasi diri atau muhasabah memang merupakan tuntunan Islam. Hal itu diungkapkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya: " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Hasyr [59]: 18). Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, suatu siang para sahabat sedang bersama Rasulullah SAW. Lalu, datanglah suatu kaum yang keadaannya sangat mempri hatinkan. Wajah Rasulullah berubah ketika melihat mereka. Rasul masuk, kemudian keluar, lalu menyuruh Bilal mengumandangkan azan dan ikamah. Rasul pun shalat dan kemudian berkhutbah: "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kalian semua kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu ...." (QS An-Nisaa' [4]: 1). Dan, beliau membaca ayat: "... dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

Sufi Road : Kesiapan Menerima Pancaran Cahaya

Gambar
Datangnya anugerah itu menurut kadar kesiapan jiwa, sedangkan pancaran cahayaNya menurut kadar kebeningan rahasia jiwa. Anugerah, berupa pahala dan ma�rifat serta yang lainnya, sesungguhnya terga tung kesiapan para hamba Allah. Rasulullah saw, bersabda: �Allah swt berfirman di hari qiamat (kelak): � Masuklah kalian ke dalam syurga dengan rahmatKu dan saling menerima bagianlah kalian pada syurga itu melalui amal-amalmu.� Lalu Nabi saw, membaca firman Allah Ta�ala �Dan syurga yang kalian mewarisinya adalah dengan apa yang kalian amalkan .� (Az-Zukhruf: 72) Adapan pancaran cahaya-cahayaNya berupa cahaya yaqin dan iman menurut kadar bersih dan beningnya hati dan rahasia hati. Beningnya rahasia hati diukur menurut kualitas wirid dan dzikir seseorang. Dalam kitabnya Lathaiful Minan, Ibnu Athaillah as-Sakandary menegaskan, �Ketahuilah bahwa Allah Ta�ala menanamkan cahaya tersembunyi dalam berbagai ragam taat. Siapa yang kehilangan taat satu macam ibadah saja dan terkaburkan dari keselarasan I

Sufi Road : Menjadi Sufi yang Kaya

Gambar
DI tengah era modern yang diwarnai kehidupan keduniaan (hedonisme) dan materialisme, masyarakat selalu disibukkan oleh aktivitas yang berkenaan dengan pengumpulan materi sebanyak mungkin. Ini seiring dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang makin kompetitif dalam arus globalisasi yang selalu berorientasi bisnis. Dengan kata lain, manusia hidup di dunia ingin menjadi kaya dengan menempuh cara apa pun, halal atau haram. Keinginan untuk kaya bukan lagi keharusan tetapi sudah menjadi sifat dasar manusia modern. Dalam tradisi tasawuf, para sufi menempatkan kemiskinan dan al-faqru (kefakiran) pada maqam (jenjang) yang tinggi sebagai salah satu syarat agar dapat wusul (sampai) dan makrifat (mengenal) Allah. Mereka mempraktikkan al-faqru dengan gaya hidup yang benar-benar jauh dari kemewahan dan kemegahan dunia. Mereka memilih jalan hidup yang penuh penderitaan, kesedihan, cobaan dan kemiskinan. Sebagai contoh Imam Ghazali dalam kitab karangannya Ihya Ulumiddin, memaparkan keunggulan dan keuta

Sufi Road : Taat Dan Cinta Kepada Allah Dan Rasul-Nya

Gambar
Taat Dan Cinta Kepada Allah Dan Rasul-Nya Seorang hamba yang mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah dari dan karena Allah, maka hal itu akan menuntut keinginan menaati-Nya dan mencintai segala yang mendekatkan diri kepada-Nya. Allah SWT berfirman, Katakanlah, " Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu" (QS Ali 'Imran [3]: 31). Ketahuilah, wahai yang dikasihi Allah, bahwa kecintaan hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah ketaatan dan kepatuhan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Adapun kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah limpahan ampunan-Nya kepadanya. Ada yang mengatakan, apabila hamba mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik Allah dan setiap yang tampak sempurna dari dirinya atau orang lain adalah dari dan karena Allah, cintanya hanya milik dan kepada Allah. Hal itu menuntut keinginan mentaati-Nya da