Perihal Yang Hilang dari Kehidupan Santri
*Terbit di buletin Variez edisi November 2012 Otokritik kadang memang sulit. Tersebab kritik menuntut pengkritik berjarak dengan objek kritikannya. Padahal, objek itu adalah diri pengkritik sendiri. Begitupun ketika saya memulai tulisan ini. Saya harus memeras otak yang pas-pasan untuk menjelentrehkan ihwal “khittah” santri sebagaimana tema yang digagas redaksi buletin ini. Saya harus mengajukan sejumlah pertanyaan kepada diri sendiri, misalnya, apa itu khittah santri? Apakah santri sekarang sudah keluar dari khittahnya? Sebagai seorang santri, saya butuh merenung untuk mengkritik diri sendiri. Namun, saya gagal berpikir kritis. Saya hanya mendapatkan sejumlah masalah yang sudah sering diungkap dalam banyak kajian tentang pesantren. Padahal saya gampang bosan terhadap sesuatu yang monoton. Namun, apa daya, saya terpaksa menulis ulang karena hanya itulah yang ngendon di otak saya. Bagi Anda yang berharap mendapatkan pencerahan, ada baiknya untuk meninggalkan tulisan ini.