EXPLORE INFORMATION : AI, BITCOIN, TECHNOLOGY. Enjoy!

Menjadi Penonton Televisi Yang Kritis

Kehadiran televisi seiring berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah "menghipnotis" mahluk bumi untuk bertekuk lutut kepadanya. Terbukti hampir sebagian manusia menghabiskan banyak waktunya untuk duduk bersantai dan menikmati tayangan-tayangan yang disodorkan oleh pertelevisian kita. Banyak yang hanya sekedar mengisi waktu luang, namun ada juga yang bahkan mau rela mengorbankan aktivitasnya hanya untuk bisa menonton acara kesayangannya. Mereka seolah tak mau ketinggalan dengan acara yang telah mereka minati dari awal sampai hingga berujungnya acara. Yang paling kasihan ketika mereka terinfeksi dengan penyakit "candu" yang bisa memperbudak mereka nantinya. Ini semua menjadi fenomena yang bisa kita lihat dan kita rasakan disekitaran kita menyoal dengan acara pertelevisian kita kekinian.

Semakin maraknya acara pertelevisian yang disodorkan kepada kita memberi satu catatan penting sekaligus pertanyaan kritis yang seyogianya perlu kita kaji ulang terkait dengan kesiapan kita, masihkah menjadi penonton yang kritis dan tidaklah asal- asalan. Tentu menonton tidak hanya sekedar tayangannya menarik atau menghibur, tetapi harus bisa memberi nilai-nilai etika dan spiritual yang patut untuk diteladani bersama-sama. Tanpa ada maksud menjustifikasi atau bahkan mendiskreditkan satu pihak, bahwasanya tayangan yang setiap harinya mengisi layar kaca tidak lagi semakin memberi nilai-nilai yang pancasilais dan patut untuk ditiru. Malah yang ada semakin memilukan dan menjauhkan kita dari norma-norma yang ada.

Harap- Harap Cemas

Acara televisi yang dominannya menjadi konsumsi kita patut rasanya untuk dievaluasi dan dipilah mana yang layak dan tidak untuk dihidangkan ke publik. Meski informasi yang kita peroleh dari layar kaca merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, namun bukan berarti kita selalu "meng-iakan" apa yang kita lihat dan idolakan. Perlu filter yang kuat untuk mampu menyaring mana yang perlu untuk kita jadikan sebagai santapan dan konsumsi yang berfaedah bagi kebutuhan hati dan  nurani kita. Banyak cara dilakukan orang untuk memperoleh informasi, salah satunya dengan menonton. Menonton seperti mata koin yang akan selalu menawarkan dua sisi yang berbeda, sisi positif dan negatif. Dengan menonton juga akan menambah pengetahuan kita untuk mengetahui segala sesuatunya. Namun menonton masa kini menjadi kebiasaaan yang sulit untuk kita tanggalkan.

Hal lain yang perlu dicermati juga bahwa penikmat-penikmat televisi bukan hanya sekedar orang dewasa, tetapi juga anak kecil yang senantiasa masih rentan dan gampang menirukan perilaku-perilaku seperti yang mereka lihat dan tonton di televisi. Coba kita bayangkan ketika perilaku tak mendidik hadir dan menjadi santapan mereka setiap harinya, kita tentu akan tahu sendiri apa yang bakalan terjadi. Perilaku buruk itu akan tertanam secara perlahan-lahan dan akhirnya menjadi kebiasaan buruk yang bisa berakibat fatal kepada orang lain dan masa depannya. Semua orang tentu tidak menginginkan ini bukan?

Dengan beberapa sanggahan ini, berharap membuka jendela pola pikir kita untuk tetap waspada dan siaga memproteksi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada generasi muda kita terutama kepada anak-anak kita kelak. Melahirkan dan membangun generasi- generasi muda yang anti galau dan kritis terhadap kondisi disekitar menjadi kerinduan yang mesti tergenapi untuk Indonesia yang lebih gemilang dan cemerlang. Anak-anak yang kita idamkan dan cita-citakan sebagai pelanjut estafet generasi mestinya kita tempa sebaik dan sedini mungkin. Ini menjadi langkah konkrit dan efisien yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Mari kita laksanakan bersama, baik orang tua maupun orang yang berada disekitar kita.

Jangan Tanggalkan Budaya Asli

Beberapa tayangan televisi disuguhkan kepada penonton, baik tayangan mengenai budaya yang datang dari luar maupun budaya yang berasal dari negara kita sendiri. Namun tak banyak dari kita ternyata malah "mengiakan" pesan moral yang datang dari luar hingga mempengaruhi dan meninggalkan pada budaya-budaya lokal yang sudah ada sebelumnya. Melihat animo masyarakat Indonesia yang sangat berapi-api ketika menyambut budaya-budaya luar mengindikasikan bahwa kita ternyata lebih tertarik pada budaya asing daripada produk budaya asli negara kita sendiri.

Tanpa ada maksud untuk membatasi keinginan atau hak seseorang namun alangkah lebih baiknya ketika kita lebih dahulu mencintai produk budaya sendiri daripada budaya asing. Dengan demikian nilai-nilai luhur budaya lokal akan semakin berkumandang dan bisa terawat dengan baik. Apa jadinya  ketika kita lebih menyukai produk asing ketimbang dengan produk dalam negeri. Bisa-bisa budaya asli akan tenggelam dan terkubur dalam karena arogansi dan keegoisan kita sendiri. Kita berharap dengan budaya asing yang menerpa dan menghujani Indonesia tidak meminggirkan dan menanggalkan budaya nenek moyang negeri sendiri.

Beberapa tulisan di harian ini sudah berulang kali dinaikkan terkait dengan mentalitas anak bangsa yang semakin diradang oleh "demam" budaya korea. Mulai dari film Korea sampai industri musik yang sudah menjarah ke seluruh pelosok negeri. Masih hangat ditelinga kita pasca kedatangan grup band, Super Junior yang sering disingkat dengan SUJU baru-baru ini. Boy band ini mampu menarik perhatian seluruh penjuru nusantara. Buktinya berita update tentang mereka selalu saja menghiasi media setiap waktunya, bahkan dijadikan berita deadline yang sangat spesial. Tak luput, masyarakatpun sangat menikmatinya walau masih ada segelintir yang menjadi kontroversi. Kemudian setelah SUJU berakhir, kembali kita digemparkan dengan kedatangan Lady Gaga yang menuai kontroversi juga. Lady Gaga direncanakan akan batal ke Indonesia karena dinilai sebagai pengikut aliran setan dan tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia.

Satu poin penting yang perlu kita ketahui bahwa apapun itu yang disuguhkan oleh layar kaca, kita tetap menjadi penonton yang kritis dan mampu membedakan mana yang patut untuk dikonsumsi dan mana yang tidak dengan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya kita sendiri. Ditambah juga dengan hubungan yang intim kepada sang pencipta akan menguatkan kita dari segala bentuk godaan dan tindak kejahatan. Oleh karena itu, mari kita tetap menjadi penonton kritis dan kebal terhadap pengaruh buruk budaya asing dan unsur-unsur tak beretika yang datang dari layar kaca.

0 Comment: