Rumi : Cahaya dan Bayangan
Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal 2155 Tak mungkin suatu semesta terpisah dari semesta-semesta lainnya. Tidak mungkin basah terpisah dari air, suatu langkah dari gerakan lainnya. Takkan padam nyala api dengan api lainnya; wahai anakku, hatiku berdarah karena cinta, jangan bersihkan darahku dengan darah yang lain. Hanya matahari yang mampu enyahkan bayangan. Matahari memanjangkan dan memendekkan bayangan; [1] carilah kuasa ini dari Sang Matahari. Kalaupun ribuan tahun kau coba hindari, pada akhirnya, kan kau dapati bayangan senantiasa bersamamu. Yang melayanimu adalah dosa-dosamu, yang menolongmu adalah sakitmu, nyala lilinmu adalah kegelapanmu, pencarian dan jelajahmu dari jerat rantaimu. Hal ini kan kujelaskan, hanya jika telah kuat hatimu; sebab jika remuk kristal-gelas hatimu, takkan pernah ia pulih. Mestilah engkau miliki, dan sandingkan keduanya: cahaya dan kegelapan; dengarkanlah anakku, bersujudlah dalam-dalam di hadapan Pohon Taqwa. [2] Ketika dari Pohon Rahmat-Nya, Dia